BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem
perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang tidak
berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam tubuh
karena dapat menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi eliminasi
unrine (buang air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar).
Gangguan saluran
kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra. Ginjal, Uretra,
kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih. Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang
air dan sisa metabolisme dan mengeluarkannnya sebagai urin.
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka,
infeksi atau penyakit pada organ dari saluran
kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya menganggu biokimia dari
aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga kehidupan.
1.2 Tujuan
1.
Agar mahasiswa mengetahui prinsip umum pengkajian,
riwayat keperawatan, tehnik dan persiapan pengkajian serta pendokumentasian
data pengkajian, sehingga diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan kritis dan
analisis data agar mampu menegakkan diagnose keperawatan
2.
Mahasiswa mengerti langkah-langkah sistematis untuk
menentukan dan merencanakan penyelesaisan masalah klien; lalu
mengimplementasikan dan mengevaluasi apakah rencana yang dibuat cukup efektif
dalam mengatasi masalah yang terjadi.
3.
Mahasiswa dapat menyelesaikan suatu masalah keperawatan
melalui pendekatan ilmiah, sistematis dan logis sehingga menghasilkan suatu
pelayanan prima dan berkualitas kepada
klien terutama klien dengan gangguan system perkemihan.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1 Defenisi
Gangguan saluran kemih
adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra. Ginjal, Uretra, kandung kemih
adalah organ-organ yang menyusun saluran
kemih. Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa
metabolisme dan mengeluarkannnya sebagai urin.
1.2 Anatomi system perkemihan dan gangguan
system perkemihan
1.2.1
Ginjal
Ginjal berjumlah sepasang dan berwarna merah tua. Kedua ginjal tersebut
terletak di dalam rongga perut dekat pinggang dan berbentuk seperti kacang
merah.ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri. Kerja ginjal
berkaitan erat dengan pembentukan urin yang mengandung zat-zat sisa metabolisme
untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.
Fungsi utama ginjal adalah :
1. Menyaring darah
2. Mengekskresikan zat-zat sisa
metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya amonia
3. Mengekskresikan zat-zat yang
jumlahnya berlebih (misalnya gula dan vitamin) serta berbahaya (misalnya
obat-obatan dan zat warna)
4. Mengatur keseimbangan air
dan garam dengan cara osmoregulasi
5. Mengatur keseimbangan asam
basa karena ginjal tidak hanya dapat mengubah pengeluaran H+, tetapi
juga menahan atau membuang hco3- sesuai dengan kondisi tubuh.
Ginjal mengandung jutaan alat penyaring yang di sebut nefron. Nefron
merupakan satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil. Setiap nefron
terdiri atas badan malpighi dan tubulus (saluran). Badan malpighi terdiri atas
kapsula bowman (simpai bowman) dan glomerulus.
Tubulus dapat dibagi menjadi tiga, yaitu tubulus yang dekat dengan badan
malpighi (tubulus kontortus proksimal), tubulus yang jauh dari badan
malpighi (tubulus kontortus distal), dan
tubulus pengumpul. Tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal
dihubungkan oleh lengkung henle. Bagian lengkung henle ada dua, yaitu lengkuung
henle asendens (menanjak) dan lengkung henle desendens (menurun). Melalui
nefron, urin disalurkan kedalam pelvis ginjal dan setelah itu disalurkan ke
ureter.
1. Epidemiologi
Penyakit ginjal
polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi oleh banyak kista. Penyebab kelainan ini adalah
heriditas. Bila penyakit ini mengenai
anak-anak, akan bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian. Bila mengenai orang dewasa, gejala akan
timbul setelah pasien berusia 30
tahun.
Ginjal dipenuhi oleh
kista yang demikian membesar, mendesak
jaringan ginjal dan sekitarnya yang berangsur-angsur menghancurkan jaringan
ginjal, yang. pada akhirnya pasien menderita kegagalan ginjal.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan diagnostik. Untuk memastikan adanya kelainan
ini perlu dilakukan pemeriksaan IVP
(intravenous pyeiography). Penggambaran dengan kontras dari piala ginjal dan saluran-salurannya. Tindakan ini
untuk melihat fungsi sekresi dan
ekskresi dari kedua ginjal, melihat apakah ada bate radiopaque dan radio luccut, dan melihat apakah
ada kelainan pada ginjal.
3. Penatalaksanaan
Tindakan pengobaton Penatalaksanaan pasien dengan
penyakit ginjal polikistik meliputi :
§
Diet rendah protein yang memperlambat terjadinya
kegagalan ginjal.
§
Pasien harus istirahat di tempat tidur.
§
Pembedahan
dengan operasi Rovsings, suatu tindakan untuk melubangi kista, ini dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Persiapan untuk tindakan ini sama
seperti persiapan pasien untuk operasi pada umumnya.
§ Dialisis
renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal ginjal. Bila ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya
dengan baik, pasien mengalami gagal
ginjal.
§ Penatalaksanaan.
Untuk gangguan ini dilakukan kateterisasi uretra, dilatasi uretra dengan bougi,
don drainase supra pubik.
4. Prognosis.
Gangguan ini pada
anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada orang dewasa bila tidak ditangani
dengan baik dapat menyebabkan kegagalan
ginjal.
Bila penatalaksanaan pada keadaan akut kurang baik dapat
menyebabkan retensi kronik.
1.2.2
Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa
hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis
menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan
turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan
a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral
pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.
Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki
kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan
yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter
ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk
batu/kalkulus.
1. Epidemiologi
Kanker sering terjadi. Dapat dianggap bahwa sekitar
sepuluh persen pria di atas usia enam puluh tahun terkena kanker prostat.
Di bawah lima puluh tahun, jarang atau tidak pernah terlihat, sementara di atas
tujuh puluh tahun di negara-negara Barat, kanker ini adalah tumor ganas pada
pria yang paling banyak terjadi. Insidensinya meningkat yang untuk sebagian
merupakan akibat meningkatnya diagnosis dini dan kanker prostat tanpa gejala.
Di seluruh dunia, ada banyak perbedaan dalam hal munculnya kanker prostat. Di
Asia Timur insidensinya rendah, sedangkan di Eropa Selatan dan Amerika Latin
insidensinya sedang. Dibandingkan dengan pria kulit putih di Amerika Serikat,
insidensi antara pria kulit hitam di AS, adalah dua kali lipat, sementara pria
di Jepang jarang terkena kanker prostat, dibandingkan dengan orang kulit putih
di AS.
Insidensinya juga rendah di antara pria kulit hitam di
Afrika. Hormon kelamin pria adalah penting, bahkan merupakan syarat utama pada
terjadinya kanker prostat; pada pria yang kelenjar testisnya diangkat
(kebiri), penyakit ini tidak tampak. Perbedaan mencolok dalam insidensi ini,
tentu saja menunjuk ke faktor-faktor eksternal. Faktor mana, anehnya, tidak
jelas. Tentu saja orang otomatis mengaitkannya dengan kebiasaan makan, dengan
pola mondial; lemak dan protein berlebihan’. Namun, hal ini tidak pernah
dibuktikan. Tidak ada pegangan dalam memberikan nasihat untuk mencegah kanker
ini. Satu-satunya faktor risiko yang pasti adalah usia, tetapi penuaan tidak
dapat dihambat maupun dicegah. Pada sepuluh persen kanker prostat, ada indikasi
mengenai peranan faktor keturunan. Beberapa keluarga dipantau sesuai skema penelitian
tahunan tertentu dengan pemeriksaan rektal (DRE = digital rectal examination)
dan pemeriksaan darah (PSA = prostate spesific antigen). Jika mencurigakan,
dilakukan pemeriksaan endo-ekho, kalau perlu diikuti biopsi lewat rektum. Jika
tidak dapat ditunjukkan adanya sel-sel tumor, sesudah setahun, pemeriksaan
diulang.
2. Gejala
Klinis
Gejala awal biasanya berupa hematuria (darah di dalam
air kemih). Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggul, atau di perut bagian bawah.
3. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
urografi intravena atau urografi retrograd. CT
scan dapat membantu membedakan tumor dengan batu ginjal atau bekuan darah dan
menunjukkan pertumbuhan kanker.
Pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh air kemih bisa
menunjukkan adanya sel-sel kanker. Ureteroskopi
atau nefroskopi digunakan untuk mengamati atau kadang untuk mengobati tumor
yang kecil.
4. Terapi
Jika kanker belum menyebar, maka dilakukan pengangkatan
ginjal dan ureter (nefroureterektomi). Tetapi jika ginjal tidak berfungsi
dengan baik atau jika penderita hanya memiliki 1 ginjal, maka tidak dilakukan
pengangkatan ginjal, karena penderita akan tergantung kepada dialisa. Jika kanker telah menyebar, dilakukan
kemoterapi.
1.2.3
Vesika Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau
buli-buli, merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal
melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal
tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai
pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum,
organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik
dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk
tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum.
Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra)
serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra).
Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral,
longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior
dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk
mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae,
bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan
kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior
dan inferior. Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh
a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas
persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui
n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2.
Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang
berperan sebagai sensorik dan motorik
1. Epidemiologi
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak
diketahui. Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa kanker ini memiliki
beberapa faktor resiko :
a.
Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih
meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
b.
Merokok,merupakan faktor resiko utama
c.
Lingkungan kerja Beberapa pekerja memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja
ditemukan bahan-bahan
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
menderita kanker inikarena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan
karsinogenik (penyebabkanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia,
kulit.
a. Infeksi,
terutama infeksi parasit (skistosomiasis)
b. Pemakaian
siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan
penyakitlainnya
c. Ras,
orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil
terdapatpada orang Asia.- Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
d. Riwayat
keluarga. Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang
mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko
terjadinya kanker ini
2. Gejala
Klinis
Gejalanya bisa berupa:
a.
hematuria (adanya darah dalam air kemih)
b.
rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih
c.
desakan untuk berkemih
d. sering
berkemih.
3. Diagnosa
Tidak ada tes screening dini yang akurat untuk menemukan
penyakit ini, namun dapat dilakukan sitologi urine untuk melihat adanya sel
kanker. Lavase kandung kemih dengan salin mungkin akurat. Aliran sitometri dari
urine untuk memeriksa ploidi DNA. Pielogram IV untuk mengevaluasi traktus
urinarius bagian atas dan pengisian kandung kemih. Biopsy pada daerah yang
dicurigai.
4. Penatalaksanaan
a.
Pemeriksaan air kemih menunjukkan adanya darah dan
sel-sel kanker.
b.
Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan
adanya ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih.
c.
USG, CT scan atau MRI bisa menunjukkan adanya kelainan
dalam kandung kemih.
d.
Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara
langsung dan mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik.
e.
Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.
5.
Terapi
Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan
mliputi jenis tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran
penyakit, dan keadan umum klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana
perawatan klien. Reseksi transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada
karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan
kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin dianjurkan.
Tiopeta, mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen yang telah digunakan untuk
pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi yang mungkin untuk
klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih segmental digunakan untuk tumor
besar dan tunggal pada puncak kandung kemih atau dinding laterala atau untuk
adenokarsinoma.
Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau
dikontrol dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan
pilihan. Sistektomi sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung
kemih, prostate dan vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi
pengangkatan kandung kemih dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi
dapat dicapai dengan menggunakan sebuah segmen ileum untuk membentuk sebuah
salauran antara ureter dan abdomen eksternal. Pilihan lain bagi klien mungkin
pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak membutuhkan apparatus
penampungan eksternal.
Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai
modalitas penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai
kemungkinan sembuh rta-rata 16-30%, ini lebih rendah daripada penatalaksanaan
sistektomi, tetapi radiasi dapat digunakan pada klien yang tidak ditangani
dengan pembedahan. Tidak ada regimen kemoterapi pasti yang telah dianjurkan
untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut.
1.2.4
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari
vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada
pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari
m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki
m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Kanker Uretra adalah suatu keganasan yang jarang
terjadi, yang ditemukan di dalam uretra. Uretra merupakan saluran tempat
keluarnya air kemih dari kandung kemih. Pada wanita, panjang uretra adalah
sekitar 3,75 cm dan pada pria panjang uretra adalah sekitar 20 cm.
Kanker uretra lebih sering terjadi pada wanita. Bagian
dari uretra yang terletak di dekat lubang keluarnya disebut uretra anterior dan
kanker yang bermula dari daerah ini disebut kanker uretra anterior. Bagian dari
uretra yang terletak di dekat kandung kemih disebut uretra posterior dan kanker
yang berawal di daerah ini disebut kanker uretra posterior. Uretra posterior
terletak lebih dekat dengan kandung kemih dan jaringan lainnya, sehingga kanker
di daerah ini lebih mungkin tumbuh menembus lapisan dalam uretra dan jaringan
di dekatnya. Kadang penderita kanker kandung kemih juga menderita kanker uretra
yang disebut sebagai kanker uretra yang berhubungan dengan kanker kandung
kemih.
Kanker uretra kambuhan adalah kanker uretra yang kambuh
kembali setelah diobati, bisa kambuh di tempat yang sama atau di bagian tubuh
yang lain.
Karunkulus uretra adalah pertumbuhan jinak (non-kanker) yang lebih sering terjadi, berupa pertumbuhan kecil, berwarna merah dan menimbulkan nyeri di samping lubang uretra pada wanita. Karunkulus uretra menyebabkan adanya darah dalam air kemih dan keadaan ini diatasi dengan pengangkatan melalui pembedahan.
Karunkulus uretra adalah pertumbuhan jinak (non-kanker) yang lebih sering terjadi, berupa pertumbuhan kecil, berwarna merah dan menimbulkan nyeri di samping lubang uretra pada wanita. Karunkulus uretra menyebabkan adanya darah dalam air kemih dan keadaan ini diatasi dengan pengangkatan melalui pembedahan.
1.
Epidemiologi
Meskipun sampai saat ini penyebab pasti dari kanker
kandung kemih belum diketahui, beberapa faktor risiko untuk penyakit ini
telah diidentifikasi. Faktor risiko terbesar bagi berkembangnya kanker kandung
kemih adalah merokok. Ketika orang merokok, karsinogen diserap ke paru-paru dan
masuk ke aliran darah. Darah kemudian disaring oleh ginjal dan limbah tersebut
kemudian dikonversi dalam urin, yang kemudian akan dialirkan ke kandung kemih
untuk keluar dari tubuh. Namun, karsinogen dari tembakau tetap di sel urin dan
menyebabkan kerusakan kandung kemih, hal ini lah yang berpotensi menyebabkan
kanker.
Paparan bahan kimia tertentu juga meningkatkan risiko
kanker kandung kemih. Bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan pewarna sangat
erat kaitannya dengan perkembangan kanker kandung kemih. Zat kimia seperti
amina aromatik yang sering digunakan di pabrik-pabrik yang memproduksi kulit,
karet, cat, dan produk lain juga dicurigai sebagai pemicu kanker kandung
kemih.
Orang yang sering terpapar bahan-bahan seperti zat
penata rambut, melukis dan bahan percetakan lebih berpotensi kanker kandung
kemih disbanding mereka yang bekerja di industri lain. Faktor risiko lain untuk
kanker kandung kemih meliputi:
·
Ras Kaukasia
·
Laki-laki dewasa
·
Pertambahan usia
·
Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih
·
Kandung kemih cacat lahir
·
Peradangan kronis kandung kemih (cystitis)
·
Tidak cukup mengkonsumsi cairan
2.
Gejala Klinis
Gejala pertama
biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria), yang mungkin hanya dapat
diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau bisa juga tampak sebagai air
kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air kemih bisa tersumbat, sehingga
penderita mengalami kesulitan dalam berkemih atau aliran air kemih menjadi
lambat dan sedikit.
3.
Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui dan
merasakan adanya benjolan di dalam uretra. Pada pria, sebuah sitoskopi bisa
dimasukkan ke dalam penis untuk melihat uretra. Jika ditemukan sel atau
tanda-tanda kelainan, maka diambil contoh jaringan untuk diperiksa dengan
mikroskop (biopsi).
4.
Terapi
Pengobatan untuk kanker uretra bisa dilakukan dengan
cara:
a.
Pembedahan : Terapi penyinaran, menggunakan sinar X
dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya untuk membunuh sel-sel kanker
Kemoterapi, menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Pembedahan untuk mengangkat kanker
uretra terdiri dari:
·
Elektrofulgurasi, menggunakan arus listrik untuk
mengangkat kanker. Tumor dan daerah di sekitarnya dibakar lalu diangkat dengan
pisau bedah.
·
Terapi laser.
·
Sistouretrektomi (pengangkatan kandung kemih dan
uretra).
Pada pria, sebagian penis yang mengandung kanker uretra
bisa diangkat melalui pembedahan yang disebut penektomi parsial. Kadang dilakukan
pengangkatan seluruh penis (penektomi).
Setelah sebagian atau seluruh penisnya diangkat, bisa
dilakukan bedah plastik untuk membuat penis yang baru .
Pada wanita bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat
uretra, kandung kemih dan vagina,
Untuk membuat vagian baru, dilakukan bedah plastik.
Untuk membuat vagian baru, dilakukan bedah plastik.
Kanker uretra anterior
v
Untuk wanita:
o
Elektrofulgurasi
o
Terapi laser
o
Terapi penyinaran eksternal atau internal
o
Terapi penyinaran diikuti oleh pembedahan atau
terapi pembedahan saja untuk mengangkat uretra dan organ di panggul bawah
(eksanterasi anterior) atau untuk mengangkat tumornya saja (jika kecil). Dibuat
saluran baru untuk membuang air kemih (diversi uriner).
v
Untuk pria:
o
Elektrofulgurasi
o
Terapi laser
o
Penektomi parsial
o
Terapi penyinaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mendiagnosis
tumor ganas pada serviks uterus tidaklah sulit, apalagi bila tingkatannya sudah
agak lanjut. Dengan memperhatikan perubahan diplastik dari epitel servik,
penanganan yang sederhana tetapi benar akan menghindarkan wanita dari kanker
serviks. Bilamana deteksi dini dapat diupayakan, maka angka kematian wanita
karena kanker serviks pastinya akan berkurang.
Kanker
buli – buli atau juga disebut vesika urinaria (kandung kemih) merupakan
keganasan kedua setelah karisoma prostat. Tumor ini dua kali lebih banyak
mengenai laki- laki dari pada wanita pada usia lanjut. Karsinoma
buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisia.
Penyebab
yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui, tetapi penelitian telah
menunjukkan bahwa kanker ini memiliki faktor resiko seperti usia, resiko
terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan bertambahnya usia ,dan
merokok faktor utama.
Adapun penanganan
bagi pasien menderita penyakit buli-buli
a.
Pembedahan
b.
Radiasi eksternal
c.
Kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Dr. Lyndon saputra. 2007. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: penerbit buku binapura
aksara.
3. Schwartz
BF, Stoller ML.: The vesical calculus. Urol Clin North Am 2000;27(2):333-346.
4. Jenkin
AD. Childhood urolithiasis. In : Gillenwater JY, Grayhack JT, Howards SS., eds.
Adult and pediatric urology. Philadelphia: Lippincott. 2002: 383.
5. Razvi
HA, Song TY, Denstedt JD: Management of vesical calculi: Comparison of
lithotripsy devices. J Endourol 1996;10:559-563.
6. Bhatia
V, Biyani VG: Vesical lithiasis: Open surgery vs. cystolithotripsy vs.
extracorporeal shock wave lithotripsy. J Urol 1994;151:660-662.
7. Bulow
H, Frohmuller HGW: Electrohydraulic lithotripsy with aspiration of fragments
under vision-304 consecutive cases. J Urol 1981;126:454-456.