BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Demam
tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella
enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella enterica serotype
paratyphi A, B, atau C (demam paratifoid). Demam tifoid ditandai antara
lain dengan demam tinggi yang terus menerus bisa selama 3-4 minggu, toksemia,
denyut nadi yang relatif lambat, kadang gangguan kesadaran seperti mengigau,
perut kembung, splenomegali dan lekopeni.
Di
banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk
memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Sebaliknya di negara maju
seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang misalnya, seiring dengan perbaikan
lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah yang memadai dan penyediaan air
bersih yang cukup, mampu menurunkan insidensi penyakit ini secara dramatis.
Di
abad ke 19 demam tifoid masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama
di Amerika, namun sekarang kasusnya sudah sangat berkurang. Tingginya jumlah
penderita demam tifoid tentu menjadi beban ekonomi bagi keluraga dan
masyarakat. Besarnya beban ekonomi tersebut sulit dihitung dengan pasti
mengingat angka kejadian demam tifoid secara tepat tak dapat diperoleh.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak, 1993).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim
dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah
Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak
usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
2.2 Etilogi
Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang - kurangnya empat macam
antigen yaitu : antigen 0 (somatik), H (flagella), Vi dan protein membran
hialin. (Mansjoer, 2000).
2.3
Gejala Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30)
hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala
yang tidak khas) :
·
Perasaan
tidak enak badan, panas dingin
·
Lesu,
tidak nafsu makan, mual
·
Nyeri
kepala
·
Diare
atau sebaliknya
·
Anoreksia,
kehilangan berat badan
·
Batuk,
nyeri otot
·
Nyeri
perut, perut kaku dan bengkak
·
Menyusul
gejala klinis yang lain
1)
Demam
Demam berlangsung 3 minggu
·
Minggu
I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari
·
Minggu
II : Demam terus mengigau
·
Minggu
III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur
2)
Gangguan
pada saluran pencernaan
·
Lidah
kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
·
Hati
dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
·
Terdapat
konstipasi, diare
3)
Gangguan
kesadaran
·
Kesadaran
yaitu apatis – somnolen
·
Gejala
lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan pada kulit karena emboli hasil dalam
kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
2.4 Pathofisiologi
Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah
berada dalam usus halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus
(terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan
peradangan dan nekrosis, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia
primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa.
Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari kuman kembali masuk ke organ tubuh terutama
limpa, kandung empedu ke rongga usus halus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam
masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya
sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula di duga bertanggung
jawab terhadap terjadinya gejala - gejala dari demam tifoid.
Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan
endotoksinnya yang merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang. Selanjutnya beredar mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang akhirnya menimbulkan gejala demam. (Penyakit
infeksi Tropik Pada Anak, 1993).
2.5 Penatalaksanaan
1. Perawatan
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk di
isolasi, observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5 - 7 hari bebas
panas, tetapi tidak harus tirah baring sempurna seperti pada perawatan demam
tifoid dimasa lampau. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi
dan kondisi penderita.
Penderita dengan kesadaran menurun posisi tubuhnya perlu
diubah - ubah untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
2. Diet
Diet demam thypoid adalah diet yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan penderita thypoid dalam bentuk
makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam thypoid
adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid
dan mencegah kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid selama
menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter
untuk di konsumsi, antara lain:
1. Makanan yang cukup cairan, kalori,
vitamin & protein.
2. Tidak mengandung banyak serat.
3. Tidak merangsang dan tidak
menimbulkan banyak gas.
4. Makanan lunak diberikan selama
istirahat.
Makanan
dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan sesuai
kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga
dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna.
Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi
perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa
rendah adalah:
1. Energi cukup sesuai dengan umur,
jenis kelamin dan aktivitas
2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari
kebutuhan energi total
3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari
kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa
kebutuhan energi total
5. Menghindari makanan berserat tinggi
dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan
dengan toleransi perorangan
6. Menghindari susu, produk susu,
daging berserat kasar (liat) sesuai dengan toleransi
perorangan.
7. Menghindari makanan yang terlalu
berlemak, terlalu manis, terlalu asam dan berbumbu tajam.
8. Makanan dimasak hingga lunak dan
dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin
9. Makanan sering diberikan dalam porsi
kecil
10. Bila diberikan untuk jangka waktu
lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai suplemen vitamin dan
mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.
Makanan
yang dianjurkan antara lain :
1. Sumber karbohidrat : beras
dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung-tepungan dibubur atau
dibuat puding
2. Sumber protein hewani: daging empuk,
hati, ayam, ikan direbus, ditumis, dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus,
ditim, diceplok air, didadar, dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal
2 gelas per hari
3. Sumber protein nabati : tahu, tempe
ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu kedelai
4. Sayuran : sayuran berserat rendah
dan sedang seperti kacang panjang, buncis muda, bayam, labu siam, tomat masak,
wortel direbus, dikukus, ditumis
5. Buah-buahan : semua sari buah; buah
segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan tidak banyak menimbulkan gas
seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat
6. Lemak nabati : margarin, mentega,
dan minyak dalam jumlah terbatas untuk menumis, mengoles dan setup
7. Minuman : teh encer, sirup
8. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka,
salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas
Diet dengan semua nutrisi penting
Energi
Dianjurkan untuk meningkatkan asupan energi dengan 10-20%
karena kenaikan suhu tubuh. Awalnya, selama tahap akut, pasien mungkin dapat
hanya mengkonsumsi 600-1200kcal/day, tetapi asupan energi harus
berangsur-angsur meningkat dengan pemulihan dan toleransi ditingkatkan.
Protein
Kebutuhan protein lebih terkait dengan keparahan dan durasi
infeksi daripada ketinggian demam. Karena ada kerusakan jaringan yang
berlebihan, asupan protein harus ditingkatkan untuk 1,5 sampai 2gm protein / kg
/ berat badan / hari. Untuk meminimalkan kehilangan jaringan, makanan protein
nilai biologis tinggi seperti susu dan telur harus digunakan secara bebas
karena mereka yang paling mudah dicerna dan diserap. Untuk mencapai hal ini,
makan secara teratur harus ditambah dengan minuman protein tinggi.
Carbohydrares
Asupan karbohidrat liberal disarankan untuk mengisi toko
glikogen habis tubuh. Mudah dicerna, karbohidrat juga dimasak seperti pati
sederhana, glukosa, madu, gula tebu dll harus dimasukkan karena mereka
memerlukan pencernaan lebih sedikit dan berasimilasi dengan baik.
Diet
Serat
Sebagai gejala tipus termasuk diare dan lesi di saluran
usus, segala bentuk iritasi harus dihilangkan dari diet. Semua serat, kasar
menjengkelkan harus, karena itu akan dihindari dalam diet, karena merupakan
iritan mekanik.
Lemak
Karena adanya diare, emulsi lemak bentuk seperti krim,
mentega, susu, kuning telur, harus dimasukkan dalam diet, karena mereka mudah
dicerna. Makanan yang digoreng yang sulit untuk dicerna harus dihindari.
Mineral
Karena hilangnya elektrolit yang berlebihan seperti sup
natrium, kalium dan klorida asin, kaldu, jus buah, susu harus dimasukkan untuk
mengkompensasi hilangnya elektrolit. Suplemen zat besi harus diberikan untuk
mencegah anemia.
Vitamin
Karena infeksi dan demam resultants, ada kebutuhan untuk
meningkatkan asupan Vitamin A dan C.
Cairan
Dalam rangka untuk mengkompensasi kerugian melalui kulit dan
keringat dan juga untuk memastikan volume yang memadai urin untuk mengeluarkan
limbah, asupan cairan liberal sangat penting dalam bentuk minuman, sup, jus,
air biasa dll.
Jadi
energi yang tinggi, protein tinggi, diet cairan penuh dianjurkan di awal dan
segera setelah demam turun, serat, hambar rendah, diet lunak harus diberikan
kepada pasien.
3. Obat
Obat
- obat antimikrobia yang sering digunakan :
a. Kloramfenikol
b. Tiamfenikol
c. Cotrimoxazole
d. Ampicilin dan amoxilin
Obat - obat simtomatik
a. Antipiretika
BAB III
ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas
Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS,
dan diagnosa medis.
3.1.2
RIWAYAT
KESEHATAN PASIEN
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan panas sudah 2 hari, muntah 3x
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang dengan diantar
keluarganya dengan keluhan panas, pusing, mual muntah 3x, semula di rumah sudah
diperiksakan ke mantri setempat, tetapi karena panas lagi maka segera dibawa ke
rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien belum pernah menderita sakit
seperti ini dan tidak pernah dirawat di rumah sakit, hanya pilek atau batuk dan
biasanya diperiksakan ke mantri setempat. Tidak ada riwayat alergi. Pasien
mendapat immunisasi lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, DT dan Hepatitis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang
menderita sakit seperti ini dan tidak ada penyakit herediter yang lain.
3.1.3
Pola
Kebiasaan Pasien Sehari-Hari
1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk dan sayur, makanan
yang tidak disukai yaitu kubis dan yang paling disukai yaitu mie ayam. Pasien
makan dengan piring dan sendok biasa, tanpa memperhatikan warna dan bahannya.
Minum 7 - 8 gelas sehari.
Selama sakit : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis
¼ porsi, karena lidahnya terasa pahit. Pasien makan dari tempat yang disediakan
oleh rumah sakit. Minum 7 - 8 gelas sehari.
2. Pola Eleminasi
Sebelum sakit : BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning. BAK 3-4 x sehari ,
warna kuning jernih.
Selama sakit : selama 2 hari pasien belum BAB. BAK 3-4 x
sehari, warna kuning jernih
3. Pola Istirahat – Tidur
Sebelum sakit : pasien tidur dengan teratur setiap hari pada pukul
20.00 WIB sampai jam 05.00 WIB. Kadang-kadang terbangun untuk BAK. Pasien juga
terbiasa tidur siang dengan waktu sekitar 2 jam. Ibu pasien selalu membacakan
cerita sebagai pengantar tidurnya.
Selama sakit : pasien susah tidur karena suasana yang ramai.
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : pasien bermain dengan teman - temannya sepulang sekolah
dengan pola permainan berkelompok dan jenis permainan menurut kelompok.
Selama sakit : pasien hanya terbaring di tempat tidur.
3.1.4
Pengkajian
Psiko - Sosio – Spiritual
1. Pandangan pasien dengan kondisi
sakitnya.
Pasien menyadari kalau dia berada
dirumah sakit dan dia mengetahui bahwa dia sakit dan perlu perawatan tetapin
dia masih ketakutan dengan lingkungan barunya.
2.
Hubungan
pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.
Hubungan pasien dengan tetangga dan
keluarga sangat baik, banyak tetangga dan sanak saudara yang menjenguknya di
rumah sakit. Sedangkan hubungan dengan pasien lain tidak begitu akrab. Pasien
ketakutan.
3.
Apakah
pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.
Pasien beragama Islam, dalam
menjalankan ibadahnya pasien dibantu oleh keluarganya. Ibu pasien selalu
mengajakya berdoa untuk kesembuhannya.
3.1.5
Pemeriksaan
Fisik
1. Keadaan Umum : pasien tampak lemah.
2. Kesadaran : composmentis.
3. Kepala : normochepalic, rambut
hitam, pendek dan lurus dengan penyebaran yang merata.. Tidak ada lesi.
4. Mata : letak simetris, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.
5. Hidung : pernapasan tidak
menggunakan cuping hidung, tidak ada polip, bersih.
6. Mulut
-
Mulut
: tidak ada stomatitis
-
bibir
tidak kering.
-
gigi:
kotor dan terdapat caries,
-
lidah
: kotor
7. Telinga : pendengaran baik, tidak
ada serumen.
8. Leher : tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid.
9. Dada : simetris, pernapasan
vesikuler.
10. Abdomen : nyeri tekan pada
epigastrium.
11. Ekstremitas :
-
atas
: tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga.
-
bawah
: tidak ada lesi
12. Anus : tidak ada haemorroid.
13. Tanda - tanda Vital :
-
Tekanan
Darah: 120/80 mmHg
-
Nadi
: 120 x/menit
-
Suhu
: 39° C
-
Respirasi
: 24 x/menit
3.1.6
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Hasil Laboratorium
a. Hematologi
-
Hb
: 11,6 d/dl (14 – 18 d/dl)
-
Ht
: 34,7% (34 – 48%)
-
Entrosit
: 4,11 juta/uI (3,7 – 5,9.106 juta/uI)
-
VER
: 84,5 fl (78 – 90
fl)
-
KHER
: 33,6 g/dl (30 – 37 g/dl)
-
Leukosit
: 12.200 /uI (4,6 – 11.103 /uI)
-
LED
1 jam : 40 /1
jam (P = 7 – 15 /jam)
-
2
jam: 80 /1jam (L = 3 -11 /jam)
-
Trombosit
: 232.000 /uI (150 – 400.103 /uI)
Hitung jenis
-
Eosinofil
:
-
Segmen: 91%
-
Basofil
:
-
Limfosit: 9
-
N.
Batang :
-
Monosit: -
b. Bakteriologi Serogi
Widal
-
St
- O 1/320
-
St
- H 1/160
-
St
- AH –
-
Spt
- BH 1/320
c. Urine
-
Phisis
= warna: kuning
-
Kimia
= PH : agak keruh
-
Protein
:- (negatif)
-
Glukosa
: - (negatif)
-
Sedimen
= epitel : +
-
Lekosit
: + (6 – 8)
-
Eritrosit
: + (1 -2)
-
Kristal
: - (negatif)
-
Silinder
: - (negatif)
3.2
Penyimpangan KDM Demam Thifoid
3.3
Diagnosa keperawatan
Rencana
asuhan keperawatan
1. Hipertermia
Tujuan :
v Client
Outcomes
·
Suhu tubuh pasien dalam batas normal
v Nursing
Outcomes
·
Pengaturan suhu
·
Pengaturan suhu tubuh : neonate
v Nursing
Outcomes classification (NOC)
Thermoregulation
(0800)
Domain :
physiology health (II)
Class :
metabolic regulation (I)
Scale :
axtremely compromised to not compromised (a)
080001 :
temperature kulit dalam batas normal
080002 :
temperature tubuh dalam batas normal
080003 :
sakit kepala tidak ada
080004 :
sakit otot tidak ada
080005 :
sifat lekas marah tidak ada
080006 :
perubahan warna kulit tidak ada
080007 :
kecepatan nadi dalam batas normal
080008 :
kecepatan pernapasan dalam batas normal
080009 :
hidrasi adekuat
Thermoregulation
: neonate (0801)
Domain
: physiological health
(II)
Class
: metabolic
regulation (I)
Scale :
axtremely compromised to not compromised (a)
080102 : distress pernapasan tdak ada
080103
: gelisah tidak ada
080104
: keletihan tidak ada
080106
: tambahan berat badan
dalam batas normal
080107
: non-shivering
thermogenesis
080112
: gula darah dalam batas
normal
080113
: keseimbangan asam basa
dalam batas normal
080114
: bilirubin dalam batas
normal
2. Nyeri
akut
Tujuan :
v Client
Outcomes
o
Pasien tidak meras nyeri
o
Pasien merasa nyaman dengan dirinya
v Nursing
Outcomes
Kemungkinan
yan dicapai :
o
Tingkat kenyamanan
o
Control nyeri
o
Tingkat nyeri
v Nursing
Outcomes Classification (NOC)
Tingkat
kenyamanan (2100)
Domain
: Received health (V)
Class
: Symptom status (V)
Scale
: None to extensive (i)
210001
: Melaporkan kenyamanan fisik
210002
: Melaporkan kepuasan terhadap
pengawasan
210003
: Melaporkan kenyamanan psikologis
210007
: Melaporkan kepuasan terhadap tingkat
kemandirian
210008
: Expresi puas terhadap pengawasan
nyeri
Control
nyeri (1605)
Domain
: Health knowledge (IV)
Class
: Health behavior (Q)
Scale
: Never demonstrated to consistenly
demonstrated (m)
160501
: Mengenali factor-faktro penyebab
160502
: Mengenali serangan nyeri
160503
: Menggunakan teknik pencegahan
160504
: Menggunakan teknik non analgesic
160507
: Melaporkan gejala-gejala pada
petugas
160509
: Mengenali gejala-gejala nyeri
160510
: Menggunakan catatan harian nyeri
160511
: Melaporkan pengawasan nyeri
Tingkat
nyeri (2102)
Domain
: Received health (V)
Class
: Symptom status (V)
Scale
: Extensive to none (n)
210201
: Melaporkan nyeri
210202
: Bagian tubuh yang diserang
210203
: Frekuensi nyeri
210204
: Panjangnya episode nyeri
210205
: Ekspresi mulut terhadap nyeri
210206
: Ekspresi wajah terhadap nyeri
210207
: Posisi perlindungan tubuh
210208
: Istirahat
210209
: Ketahanan otot
210210
: Perubahan pada jumlah pernafasan
210211
: Perubahan pada denyut nadi
210212
: Perubahan pada tekanan darah
210213
: Perubahan pada ukuran pupil
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan :
v Client
Outcome
·
Mempertahankan berat badan atau
pertambahan BB
·
Menjelaskan komponen keadekuatan diet
bergizi
·
Menyatakan keinginan untuk mengikuti
diet
·
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
v Nursing
Outcomes
Kemungkinan hasil yang dicapai
·
Status nutrisi
·
Status nutrisi : asupan makanan dan
cairan
·
Status nutrisi : asupan nutrisi
·
Control berat badan
v Nursing
Outcomes Classification (NOC)
Status nutrisi (1004)
Domain
: Physiologic health (II)
Class
: Nutrition (K)
Scale
: Extremely compromised to not
compromised (a)
100401
: Pengambilan nutrisi
100402
: Pengambilan makanan dan cairan
100403
: Energi
100404
: Massa tubuh
100405
: Berat
100406
: Pengukuran biokimia
3.5
3.4 Nursing
Intervention Classification (NIC)
1. Hyperthermia
v Fever
treatment (3740)
o
Monitor tempertur seperti frekwensi
o
Monitor pengaruh kehilangan cairan
o
Monitor warna kulit dan temperature
o
Monitor tekanan darah, nadi dan
pernapasan
o
Monitor pemasukan dan pengeluaran
o
Monitor ketidak abnormalan elektrolit
o
Monitor keimbangan asam basa
o
Pemberian pengobatan antipiretik
v Tanda-tanda
vital (6680)
o
Monitor tekanan darah, nadi,
temperature, dan status pernapasan dengan tepat
o
Auskultasi tekanan darah dintara lengan
dan bandingkan tepat
o
Monitor tekanan darah, nadi, pernapasan
sebelum, selama dan sesudah aktivitas dengan tepat
o
Monitor irama jantung dan kecepatan
o
Monitor bunyi jantung
o
Monitor keepatan pernapasan dan irama
o
Monitor bunyi paru
o
Monitor oximetri nadi
v Themperatur
regulation (3900)
o
Monitor temperature setiap 2 jam dengan
tepat
o
Monitor warna kulit dan temperature
o
Promosi cairan adekuat dan pemasukan
nutrisi
2. Nyeri
akut
Nursing
Intervention Classification (NIC)
v Management
nyeri (1400)
o
Kaji secara komprehensif, tentang nyeri
meliputi ; lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas / beratnya nyeri, dan factor-faktor presipitasi
o
Gunakan komunikasi terapeutik agasr pasien dapat mengekspresi-kan
nyeri
o
Kaji latar belakang budaya pasien
o
Evaluasi tentang keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
o
Berikan dukungan terhadap pasien dan
keluaga
o
Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri
nyeri
o
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
o
Observasi reaksi abnormal dari
ketidaknyamanan
o
Kurangi factor presipitasi nyeri
o
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
o
Tingkatkan istirahat
o
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
3.
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
v Pengaturan
nutrisi
o
Menanyakan apakah pasien memiliki alergi
terhadap makanan
o
Memastikan pemilihan makanan pasien
o
Menentukan dalam kolaborasi dengan ahli
diet, mana yang tepat jumlah kalori dan tipe kebutuhan nutrisi yang sarat
o
Mengajurkan pemasukan kalori yang tepat
untuk tipe tubuh dan gaya hidup
o
Menganjurkan peningkatan pemasukan
makanan yang mengandung zat besi secara tepat
o
Menganjurkan peningkatan pemasukan
protein, zat besi dan vitamin C secara tepat
o
Pemberian makanan tambahan (minuman dan
buah segar atau jus buah-buahan) secara tepat
o
Berikan makanan lunak, murni dan ringan
secara tepat
o
Memberikan tambahan gula secara tepat
o
Memastikan bahwa diet yang dihasilkan
termasuk makanan dengan serat yang tinggi untuk mencegah konstipasi
o
Memberikan tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah
sebagai pengganti garam
o
Memberikan protein tinggi, tinggi
kalori, makanan yang ringan dan minuman yang selalu tersedia untuk dikonsumsi
secara tepat
o
Memberikan seleksi makanan
o
Monitor dan catat nutrisi dan kalori
v Memonitor
cairan (4130)
o
Monitor berat
o
Monitor pengambilan dan pengeluaran
o
Monitor serum dan nilai elektrolit yang
tepat
o
Monitor serum albumin dan tingkat total
protein
o
Monitor serum dan tingkat pergantian
urine
o
Monitor warna, kualitas dan spesifik
berat urin
v Konsultasi
nutrisi (5246)
o
Membantu dasar hubungan terapeutik dalam
hal daling percaya
o
Membantu hubungan konseling yang
berkelanjutan
o
Bicarakan kepada pasien tentang makanan
yang disukai dan tidak disukai
o
Identifikasi fasilitas piliha perilaku
makan
o
Diskusikan dengan pasien mengenai syarat
nutrisi dan pemahaman pasien mengenai perintah atau klien yang disarankan tidak
mengalam kecemasan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Typhoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para
thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Demam
tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, 1993).
4.2 Saran
1.
Makanlah
makanan dan minuman yang sudah pasti matang.
2. Lindungi makanan dari lalat, kecoa
dan tikus ataupun hewan peliharaan
3. Cucilah tangan dengan sabun
setelah beraktivitas
4. Hindari jajan ditempat yang kurang
bersih
DAFTAR PUSTAKA
1.
Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4.
Jakarta : EGC
2.
Andin Sefrina dan Suhendri C. P; Mengenal,
Mencegah, Menangani berbagai penyakit berbahaya bayi & balita; Penerbit ; Dunia
Sehat
3.
NANDA 2012
4.
NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC)
5.
NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION (NIC)